:: Berita |
Kamis, 08-03-2007 |
Seminar Grand Strategy |
 |
Seminar Grand Strategy: MENJADIKAN SULAWESI SEBAGAI PENYANGGA PANGAN NASIONAL dengan Pembicara: Ir. Fadel Muhammad (Gubernur Prov. Gorontalo) yang dielenggarakan pada hari Selasa, 13 Maret 2007 bertempat di Gedung IPTEKS Universitas Hasanuddin
|
Permasalahan Pangan Nasional: Peran beras sebagai sumber karbohidrat utama semakin dominan dan sulit digantikan. Sejak 1995 telah terjadi leveling off produksi beras. Jawa masih dominan sebagai penghasil beras, namun menghadapi masalah khronis, yaitu konversi lahan pertanian ke peruntukan lain (industri dan perumahan). Intensifikasi pertanian padi memiliki batas optimum. Diperlukan perluasan areal baru untuk tanaman padi Beras di Pasar Internasional & Politik Perberasan Nasional Stock beras di pasar dunia amat tipis, hanya 4-7 persen dari total produksi. Jauh lebih kecil ketimbang gandum (20 persen), jagung (15 persen), dan kedelai (30 persen) Pasarnya jauh dari sempurna karena sekitar 80 persen ekspor beras dikuasai oleh enam negara (Thailand, Vietnam, AS, India, Pakistan, dan China). Beras yang dijual di pasar dunia merupakan sisa konsumsi domestik (residual goods). Pasar yang tipis dan oligopolistik ini yang membuat harga beras lebih tidak stabil ketimbang gandum, jagung, dan kedelai. Bagi negara besar seperti Indonesia, bergantung pada pasar impor jelas berisiko. Politik perberasan di Indonesia cenderung ”memanen di pasar” ketimbang ”memanen di lahan”. Kelemahan Tata Kelola Pangan Nasional: Kebijakan perberasan yang dikaitkan untuk menjaga tingkat inflasi dan menyediakan kebutuhan beras murah bagi konsumen di daerah perkotaan harus dikoreksi karena memberikan disinsentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas budidaya padi. Indonesia belum melakukan spesialisasi dalam memproduksi beras. Komoditi kebutuhan primer yang utama ini merupakan salah satu barang paling stratejik bagi stabilitas politik nasional. Pemerintah Pusat belum membangun program swasembada beras secara berkelanjutan; Reformasi telah mengurangi peran strategis Bulog dalam pengadaan stok beras nasional, sementara Pemerintah Daerah tidak dilibatkan sebagai mitra aktif untuk meningakatkan produksi pangan nasional. Penguatan Sulawesi sebagai Penyangga Pangan Nasional: Beban Jawa sebagai penyangga utama pangan nasional harus dikurangi dengan meningkatkan kinerja pertanian daerah lain. Sulawesi dengan luas sawah (1,2 juta ha) disiapkan untuk mengimbangi peran Jawa dalam pengadaan beras nasional. Produktivitas Padi di Sulawesi sudah mencapai 3,5 – 4,5 ton per hektar. Agroklimat Sulawesi cocok untuk budidaya tanaman pangan Pengalaman membangun Celebes Corn Belt bisa direplikasi untuk model pengembangan Sabuk Padi Sulawesi, Prasyarat agar Sulawesi mampu menjadi penyangga pangan nasional: Ada kerjasama yang sinergistik antar pemerintah kabupaten dalam provinsi, dan antar provinsi untuk meningkatkan produksi pangan nasional dengan besaran yang terukur. Ada road map tentang pengembangan pangan (padi) skala regional yang didukung oleh kebijakan masing-masing daerah. Sinergi dalam pengadaan dan pemanfaatan resources pertanian. (Admin)
|
|
|
|
|
|
|